Rabu, 27 Maret 2013

Yu Ju'um

Pagi yang basah oleh rintik hujan…

Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi ketika suara khas yu jum menyapa kami semua..
 “pisang goreng..pisang goreng..bakpao..bakpao…”, teriaknya berirama mendayu 

Bakul tua dipunggungnya setia menemaninya berkeliling kampung…walaupun jalanan becek sisa guyuran hujan semalam. Udara pun masih mengabut ditambah gerimis yang tak mau kalah memamerkan kecongkakannya…tak menghalangi langkah yu jum untuk menjajakan dagangannya… 

Tangan kanan yu jum membawa payung, tangan kirinya menggendong si kecil arif…pagi ini arif yang bermuka menggemaskan itu tampak agak rewel…sebentar-sebentar terdengar rengekannya dibalik gendongan yu jum dan dibalik payung hujan itu… 

Yu jum adalah salah satu gambaran wanita tangguh di Indonesia..Setaip pagi buta sampai menjelang malam hari Yu jum tak pernah berhenti bekerja. Segala macam pekerjaan ia lakukan, mulai dari mencuci pakaian tetangga, menyetrika, berkebun sampai menjaga anak tetangga….sungguh super sekali 

Yah..itu memang resiko yang harus ditanggungnya setelah Ia merantau meninggalkan tanah kelahirannya diujung Indonesia sana dan ditinggal suaminya pergi entah kemana rimbanya..lelaki yang telah mengaruniainya empat orang anak.. 

Hebatnya Yu jum tak pernah menampakkan raut muka sedih, susah, nelangsa atau galau seperti anak muda zaman sekarang. Ia selalu tersenyum…tersenyum disetiap saat disetiap kesempatan…subhanallah, Allah telah menciptakan mahluk setangguh itu 

Aku sungguh kagum pada sosok yu jum…tepat sekali ia muncul pagi ini, disaat semangat juang ku sedang mengalami krisis… Melihat sosoknya semangatku terpompa kembali…terimakasih yu jum…terimakasi Bunda

Selasa, 19 Maret 2013

Sang Maestro Jalanan




Siang itu selasa, 19 Maret 2013. Sekitar jam09.50 di bus jurusan Magelang-Yogyakarta, aku bertemu dengan nya lagi..Seorang pria berusia lima puluhan dengan topi dan seragam kebesaran yang selalu menjadi daya tariknya.
Selang beberapa menit setelah ia naik ke dalam bis itu dan setelah ber bla..bla..bla..Ia pun memulai aksinya.
Tampan diiringi alat music apapun pria itu menyenandungkan sebuah lagu yang eksis tensinya mulai tergusur oleh perkembangan zaman..yeah, sebuah lagu daerah..sebuah gending jawa berjudul “gambang suling”.
Diusianya yang telah mencapai setengah abad itu, suara tuanya masih cetar membahana badai bagi ku. Dan inilah sekelumit syair gending “gambang suling”…
“Gambang suling kumandang suarane..
Tulat tulit mengkono unine
Unine mong nrenyohake…..”
Sejenak akupun terhanyut menikmati syair gending itu..kapan ya terakhir kali aku menyanyikannya dan kapan ya terakhir kali aku mendengarnya??...ahh Terasa lama sekali.. Namun, di dalam bus yang melaju kencang itu nampaknya hanya aku saja yang terhanyut karena tak satupun penumpang yang tampak menyimak..mereka sibuk hanyut dalam pikiran mereka masing-masing dan bahkan memilih untuk memejamkan mata. Bagi mereka lagu yang penuh makna itu bak lagu pengantar tidur saja…
Setelah lagu selesai disenandungkan, si pria setengah abad itu pun hanya mendapatkan beberapa keping uang receh. Yah, lumayan karena sebagian penumpang malah memalingkan wajah ketika si pria itu menganggsurkan kotaknya.
Berbagai pertanyaan menjejali pikiran ku. Berteriak-teriak meminta sebuah penjelasan..sebuah jawaban. Seharga itukah lagu daerah pada zaman sekarang ini?seharga uang recehan…dimanakah letak kesalahannya? Apa karena dibawakan oleh seorang pengamen di dalam bus atau apa????
Apapun itu jawabannya, aku secara diam-diam telah menyelipkan sebuah predikat untuk pria setengah abad itu. Untuknya yang secara sengaja ataupun tidak sengaja telah menjaga peninggalan budaya tanah jawa ini lewat senandungnya..lewat gending-gending jawa yang ia nyanyikan. Terimakasih kepada mu “sang maestro jalanan”


Kamis, 14 Maret 2013

IRONISME TANAH SURGA INDONESIA



 
Tanah surga? Tanah seperti apakah? Tentunya tanah ini akan menjadi impian seluruh mahluk hidup di dunia ini. Dimanakah tempatnya? Konon tanah itu adalah negeri tempat kita berpijak sekarang ini, Indonesia. Benarkah? pasti pertanyaan itu yang muncul dipikiran kita ketika mendengarnya. Entah benar-benar tidak tahu atau kita sengaja menutup mata tapi itu kenyataannya.
Indonesia menduduki peringkat ke empat sebagai negara yang memiliki wilayah terluas di dunia. Tanah kita terkenal dengan kesuburannya, apapun yang ditanam akan tumbuh bahkan batang yang hanya ditancapkan pada tanah ini dapat tumbuh menjadi sumber pangan penduduknya (ketela). Sungguh tanah idaman?!
Selain itu banyak tersimpan harta karun di dalam tanah ini, berbagai barang tambang seperti batu bara, emas, minyak bumi dan masih banyak lagi, selalu menjadi incaran para investor negara lain. Sejak dulu pun simfoni tanah ini telah terdengar ke seantero jagat, mempesona negara-negara lain untuk memperebutkannya, menjadikannya tanah jajahan. Belanda, Inggris bahkan Jepang pun saling sikut untuk menguras kekayaan rempah-rempah negeri ini. Hal ini terjadi selama bertahun-tahun. Bukankah itu cukup membuktikan bahwa tanah indonesia merupakan tanah surga?
Tapi tanah surga bagi siapa? masih pantaskah disebut tanah surga? jika sebagian besar rakyatnya miskin dan kelaparan. Bahkan banyak penduduk dari tanah ini berlayar menyeberangi batas wilayah hanya untuk menjadi budak di negara tetangga. Mendapatkan siksaan tanpa mendapatkan pembelaan dari negerinya! Bahkan tidak sedikit dari mereka yang pulang hanya tinggal nama.
Masih pantaskah? Jika penduduknya menjadi budak di tanahnya sendiri, bukankah seharusnya kita menjadi raja? contoh yang paling ironis terjadi di Papua, wilayah dengan kekayaan alam melimpah tapi hampir keseluruhan rakyatnya masih sengsara. Harta karun Papua (tambang) dikeruk perusahaan asing PT. Freeport. Sementara keuntungan Freeport setiap tahunnya terus meningkat, ajaibnya saham pemerintah diperusahaan ini hanya 9,4% selebihnya 90,6% adalah milik Freeport. Lalu berapa yang kembali ke rakyat Papua?
Apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Indonesia? Tanah yang katanya tanah impian, tanah surga?.