Senin, 20 Mei 2013

KERENDAHAN HATI

 
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri


~Taufik Ismail~

ALIF KECIL




 Rabu, jam 14.00 Wib
Angkot kecil berwarna coklat itu berhenti dilampu merah daerah Gejayan. Ditengah matahari yang masih bersinar terik dan kendaraan bermotor yang berjubel menghasilkan karbon dioksida yang memenuhi udara, Neza bertemu dengan anak kecil itu.
Anak kecil dengan tubuh kerempeng, berkulit coklat terpanggang matahari dan tanpa memakai alas kaki. Anak itu nekat berjalan menyelinap diantara kendaraan-kendaraan yang sedang berhenti dilampu merah itu. Ia menyodorkan kalengnya meminta-minta. Alif, sebutan yang diberikan Neza pada anak kecil itu. Entah, siapa nama anak itu sebenarnya. Namun. Neza perkirakan usia anak itu sekitar delapan atau Sembilan tahunan.
            “mbak…minta uangnya mbak…”. Suara Alif menyadarkan Neza dari lamunannya.
Segera ia mengulurkan uang yang ia punya kekaleng si Alif. “Kemana sebenarnya orang tua mu Alif??”, tanya Neza dalam hati. Kadang Neza berfikir bahwa tindakannya barusan tidaklah mendidik, karena akan membuat si Alif akan kembali meminta-minta di kesesokan harinya.
            Namun, ia tidak bisa menyalahkan dirinya 100% karena ia hanya seorang manusia yang dikarunia rasa iba. Lalu siapa yang akan membenarkan pemahaman si kecil Alif???siapa yang perduli akan nasib Alif???siapa yang sebenarnya salah??. Masyarakat yang terlalu iba dan membiarakan pemahaman yang salah??orang tua Alif atau Pemerintah???
            Siapa sebenarnya yang perduli pada si Alif kecil??

PA OPAH





          Opah.., begitu Neza sering memanggilnya. Bukan Opah dalam bahasa korea yang berarti kakak tapi opah dalam bahasa Indonesia yang artinya kakek. Entah kenapa Neza memanggil salah satu teman KKN nya itu dengan sebutan Opah. Rasanya ia cocok saja menyandang gelar itu hihihihi….atau barangkali sekedar balasan karena ia sering memanggil Neza dengan sebutan “tante”.
            “aku kan masih imut-imut…”, gerutu Neza kala itu
            “imut apa amit..??Hahhahaha..”. tawa Opah mengejek.
***
            Opah berasal dari kota metropolitan Jakarta tapi ia menguasai bahasa jawa dengan sangat baik. Malahan lebih fasih dari Neza yang notabene jawa tulen. Hehehehe..Neza sering malu sendiri  r(-,-)”. Selain si Omend, Opah juga termasuk yang dikagumi dikalangan ibu-ibu.
            Tiap kali Neza bertemu ibu-ibu disekitar poskonya pasti yang ditanya pertama kali adalah Opah, baru kemudian Omend dan peringkat ketiganya Si Pakdhe. Hem..dasar cowok-cowok pecinta ibu-ibu hehehe (^^)V.
***
“Tan..tante..bangun tan. Ayo kepasar..keburu pasar paginya tutup”, kata Opah sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Neza.
Uuh..mulai deh serangan fajar Opah. Tiap ba’dha subuh selalu membangunkan Neza untuk pergi kepasar.
“semangat banget sih Opah…”, kata Neza sambil mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk.
            “udah buruan cuci muka sana tan..”.
Huuuahh..tiap kali kepasar selalu saja si Opah membangunkan Neza. Langganan banget si Opah nih..
***
            “Lho??? Ko berhenti disini sih Opah?”, tanya Neza heran.
“Hehe..tante yang baik. Mumpung kita lewat di kelurahan sekalian minta tanda tangan pak lurah yah”, kata Opah sambil menyerahkan proposal itu kepada Neza.
“aku belum mandi Opah..”, rengek Neza sambil cemberut.
“gak papa…tetep cantik ko”, katanya merayu.
“Iiiihhh ngerjain banget nih anak..”, batin Neza dongkol. Tapi demi melihat sosok pak lurah yang berjalan kearahnya, Neza pun terpaksa memenuhi permintaan si Opah.
***
            Setelah beberapa minggu menikmati libur lebaran. Akhrinya mereka kembali lagi ke posko untuk melanjutkan tugas mereka yang belum selesai. Dari sembilan orang baru tujuh orang yang siap bertugas kembali. Opah dan Uzeng akan menyusul sehari kemudian.
            Siang itu kegiatan di posko tidak terlalu padat. ba’dha dzuhur semua kegiatan sudah selesai jadi mereka bisa beristirahat sejenak.
            “TaaaAAannTtteeee…”. Tiba-tiba terdengar sura teriakan dari luar kamar Neza.
            “Oppahhh pulang…”, jerit Neza girang.
Ia dan teman-temannya bergegas menghambur keluar kamar. Opah sudah berdiri di depan pintu dengan barang bawaan serta oleh-oleh yang berjibun. “Seeerrrbbuuuu…”, koor teman-temannya kompak. Neza yang berlari paling belakang Cuma bisa melongo tak kebagian oleh-oleh Opah…
            “Tenang tante…aku dah nyimpen yang special ko buat tante,”kata Opah sambil nyengir menggoda Neza yang masih berdiri sambil cemberut.
            “Ooooooooooowww…..!!!!”,teriak teman-teman heboh.
            “Tada…,”kata Opah sambil mengeluarkan bungkusan dari dalam tasnya.
            “Horeeee….coklat”, teriak Neza girang.
            “Eit..eit..spesial buat tante. Aku yang suapin..”. kerling Opah menggoda
            “HuuuuUUUuuuuuu……”, sorak teman-temen Neza.
***
“Iiihh sepi baget nih posko..pada ngilang kemana sih nih anak-anak”,kata Neza heran.
Neza berkeliling mencari teman-temannya..kesepian juga dia rupanya. “Hem mungkin mereka lagi pada tidur kali yah”.
“Lho ko kamar cowok pintunya kebuka sih?. Nah, tuh suara si Omend ma si Opah. Pada ngapain yah”. Karena penasaran Neza menghambiri kamar omend dan opah. Neza hampir saja masuk ketika tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam kamar….
            “JaAangGan masuk!!!!”.
            “Ow, maaf..”, spontan Neza mengurungkan niatnya.
Beberapa menit kemudian Opah dan Omend keluar dari kamar dan menghampiri Neza yang sedang asyik main game.
            “Nez.. kamu tadi liat ya Nez?”, tanya Opah tiba-tiba. Neza hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah innocent.
“Huuaaahahahahaha…”. Tawa Omend yang tiba-tiba menggelegar membuat Neza tambah bingung.
“Makanya kalau ganti baju tuh ditutup pintunya. Hampiiiirrr ja kan kamu kecolongan ma Neza. Huuuaaaahahahaha..”, tawa Omend lagi.
***
            “Tannnteeee…tak cariin dari tadi ternyata disini toh tan. Masak apa tan?. Aku bantuin ya?”.
Neza hanya mengengguk menanggapi berondongan pertanyaan Opah. “Lumayan ada yang bantui..hehehe”,batin Neza girang.
Tenaga Opah memang sangat membantu..setengah jam saja beberapa menu sudah siap disajikan. Tinggal menu utama deh…
            “Lho…opah. Sayurnya udah dimasukin toh? Trus airnya yang disini kemana Opah?”.
            “Dah tak masukin sekalian tan”.
            “HaahH?!!! Itukan air cucian sayur Oopaaaahhhh…”.
            “HuuuuuaaaAA….”, koor mereka histeris.
***
            Makan malam pun tiba. Teman-teman Neza sudah berkerumun ingin segera menyantap makanan yang tampak menggugah selera itu. Neza dan Opah dalang dibalik makanan itu ikut menyantap makanan dimeja makan sambil saling lirik. Berharap dosa mereka diampuni…hehehehe
***
            “siapa yang make kamar madi mend?. Ko dari tadi nggak keluar-keluar”, tanya Neza penasaran.
Biasa kalau pagi-pagi memang mereka sering berebut menggunakan kamar mandi. “Si pakdhe..kasian dari tadi bolak-balik ke kamar mandi”.
Beberapa menit kemudian pakdhe keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya.
“kenapa pakdhe?”, tanya Neza sambil menatap kasihan.
“sakit perut nih dari tadi malam..”, jawabnya sambil meringis memegangi perutnya yang nampaknya sakit lagi.
Tiba-tiba Opah mendekat kearah Neza. “Wah, pakdhe kena racunnya Neza tuh”, celetuknya tanpa rasa bersalah.
            “Enggak pakhe…Opah pelakunya”, kata Neza sambil menunjuk Opah.
Si pakdhe malah melongo melihat Neza dan Opah yang sibuk saling tunjuk.
 “TuUuttt…TuuTtt!!!”.
Kini giliran Neza dan Opah yang melongo melihat pakdhe yang buru-buru berlari kekamar mandi…
            “Ampuni kami pakdhe….”. (p,q)

JENDRAL ZENG





          Uzeng nama panggilan lelaki itu. Berperawakan kurus berambut gondrong bak Ariel Noah Ketika pertama kali muncul di TV. Setiap orang yang belum mengenalnya akan kaget ketika ia menyebutkan asal kampung halamannya “Madura”. Karena karakter dan perilakunya sama sekali berbeda dengan kebanyakan orang Madura. Ia memiliki suara dan kepribadian yang lembut…beneran (^^)V.
            Neza mengenalnya ketika ia satu kelompok KKN dengannya. Heran sekaligus kagum neza melihatnya. Meskipun terkesan agak diam dan santai tapi ketika ia telah berada diatas mimbar dan sudah memegang mikrofon. Ia akan berbicara panjang lebar dan bahasanya bak bahasa sufi yang menyentuh dan begitu dalam. Dan bacaanya…wuuuaaa sekelas rumi dkk. Hem bebar-benar calon sufi…insya allah.
Sayangnya si sufi ini gemar sekali tidur sampai sang ketua kelompok sempat menjulukinya “Abu Naum” hahahaha…itu karena ia kuat sekali bila sudah tidur. Bisa seharian dia tidur dan mejelang magrib ia baru bangun.
            Kehidupan uzeng seperti kebalikan dari orang normal. Jika malam ia terjaga sampai tengah malam jika siang ia tertidur sampai lewat tengah hari. Kebiasaannya begadang membuatnya sering dicari warga desa itu. Eiiitss buka apa-apa…tapi untuk diajak memancing ke telaga, berburu kelelawar atau sekedar membakar singkong di kebun warga.
***
            Teman-teman lelaki Neza suka sekali mengerjain Uzeng. Pernah suatu kali rambut gondrongnya dikuncir sepuluh dan didokumentasikan. Pernah juga ketika Neza kumat usilnya ia membawa makanan yang baru saja matang ke kamar uzeng dan meletakkan makanan itu dideket hidungnya. “Snif..snif…”, hidung Uzeng mengendus-endus bau masakan Neza.
Hihihihi lucuna…r(^3^)/
***
            Diam-diam ada seorang anak kecil di desa itu yang menyukainya. Namanya Haryanti, usianya sekitar sebelas tahun. Ia duduk di kelas lima SD. Neza tau akan hal itu karena haryanti adalah salah satu murid TPA nya. Hihihi..lucu juga melihatnya. Setiapkali Neza menggoda anak itu dengan menyebut nama Uzeng maka ia akan tersipu malu dan buru-buru menyembunyikan mukanya dibalik tubuh Neza. Aduh zeng…pesona mu tuh lho hehehehe r(^,^)”.
            Korban pesona Uzeng ternyata tak Cuma satu. Slow mend pun ternyata terperdaya olehnya hahahaha (^^)V..mereka bagaikan soulmate. Dimana ada Uzeng disitu pasti ada slow mend. Namun tampaknya pesona Uzeng terlalu kuat untuk dibendung sampai-sampai Pak ketu (sebutan ketua kelompok KKN Neza) dan Pakdhe pun yang slogannya “laki bangat” itu terpesona padanya. Huuuaaa(p,q)aaaa…
***
            Jatah dua minggu libur lebaran ternyata dirasa masih kurang oleh Uzeng. Disaat teman-temannya termasuk Neza telah sampai lagi di posko, Uzeng baru bisa bergabung kembali seminggu kemudian. Sebenarnya mereka dapat memakluminya tapi mereka semua sepakat untuk menjahili Uzeng...hehehe
            “Aku pulang…!!!!”, teriak Uzeng saat ia sampai di posko.
Hahahaiii…Neza siap menyambutnya dengan sapu ditangan. “Piket nyapu, nyuci piring, belanja, dan jangan lupa piket masak. Khusus buat kamu seminggu Fuuuulllll ya Zeng…”, kata pakketu berpidato.
            “Haaaa…???!!!Jahat sekali kalian ini…”, kata Uzeng dengan muka sengsara.
“Hihihihi…selamat ya Zeng”, kata Neza terkekeh.
            “Sintttooonggg…tolllllooooong aku…”, katanya histeris.
***
Huaahaha.....pokoknya banyak hal yang bisa membuat tertawa ketika mengingat se orang Uzeng. Walaupun hidupnya begitu santai tapi ternyata diam-diam dia mampu mengalahkan anggota KKN yang lain. Ia diam-diam mendeklarasikan diri bulan ini wisuda. Wah…neza pun sampai melongo ketika mendengar kabar kelulusannya. Iri juga neza kepadanya…but okey lah. Neza berjanji padanya dan pada dirinya sendiri untuk segera menyusul langkah sang sufi sekaligus abu naum itu.
~Tunggu Jendral, aku segera menyusul mu…cayoooo Neza~

SLOW MEND




            Rabu 19.25..Neza berjalan pulang dari kampusnya. Entah kenapa seharian itu pikiran Neza melayang kemana-mana. Tugasnya yang menggunung kembarpun terbengkalai karenanya.
Jenuh dan penat bercampur jadi satu.
Neza merogoh kantung doraemonnya (sebutan untuk tas gendongnya yang bisa dimasuki segala macam barang) mencari headset kesayangannya. “maaf ya, aku pinjam dunianya sebentar”. Dalam beberapa detik kemudian Neza tampak khusuk mendengarkan lantunan ayat-ayat suci al qur’an dr mp3nya dan entah sadar atau tidak bibirnya tampak komat-kamit menirukan bacaan sang qori’. Dunia serasa hanya miliknya saja.
Beberapa orang yang berpapasan jalan dengan Neza melihatnya dengan mimik yang agak bertanya-tanya. “Merapal mantra apa ya mbaknya ini”…hehehe mungkin itu yang terlintas dipikiran mereka.
Tiba-tiba Neza melepaskan headsetnya dan tampak celingak-celinguk mencari-cari sesuatu. “Eemm…perasaanku tadi ada yang manggil deh. Tapi ko gak ada orangnya yah?”.
“sudahlah…”, batin Neza sambil berlalu.
            Saat ia sampai di gang dengan penerangan yang agak remang sedang tiba-tiba seorang lelaki bersepeda motor memotong langkahnya dan mengatakan sesuatu. Samar-samar seperti berkata “ayo….jhfjhdsfkl…pulang”.
“Dasar mas-mas ganjen…”.
Dengan cuek Neza melangkah melewati sang lelaki yang tampak masih melongo.
“Untung jalanannya ramai kalau enggak…hhhiiiii…”.
Bergidik juga Neza membayangkannya.
            “Tiiin..tiiinnnn…tiiinnnn…, ayo ku antar pulang”, kata lelaki itu lagi.
Nampaknya ia masih mengikuti Neza dari belakang. “Hem..minta dikasih bogem nh orang”, batin Neza dengan muka agak kesal. “Eh…tunggu..tunggu…sepertinya aku…”.
            “Omeeeennnd…”,jerit Neza tanpa sadar.
“Sssstttzzz..jangan keras-keras. Kamu tuh malu-maluin aku banget. Udah dipanggil-panggil dari tadi gak jawab. Ditawarin tumpangan malah dicuekin, sekarang malah teriak-teriak”, katanya dongkol.
Neza hanya bisa nyengir menyadari tingkah konyolnya. “Aku lagi dengerin headset mend…”.
            “Ditambah gak make kacamata. Hem  parah…untungnya aku  tuh orang yang baik hati”.
“Hahahahaha…”. Mereka pun tertawa bersama.
Dijalan mereka pun saling bertukar cerita. Mengingat kembali masa-masa KKN ditempat terpencil yang penuh dengan keseruan.
***
            Omend nama lelaki itu namun Neza menjulukinya “Slow mend”. Mau tahu kenapa???. Karena dia orang yang paling leleeeettt dan paling nyantaaaiii diantara temen satu kelompoknya.
Contohnya saja saat Neza dan teman-temannya mengadakan sosialisasi tentang pupuk kandang.
            “Lho, Nez. Si Omend mana??”.
            “Hem…tercecer dimana lagi nih anak”, batin Neza heran
Dengan agak dongkol  karena medannya yang naik turun dan udara yang panas, Neza pun kembali lagi ke Posko mencari temannya yang tertinggal.
Bingung juga Neza mendapati keadaan posko yang sepi tanpa penghuni. Beberapa menit kemudian Slow mend pun muncul dengan handuk dipundaknya. Belum lagi Neza harus menunggunya berganti baju dan aksi-aksi lainnya yang menambah panjang durasi menunggu….
            “HuuUuuAAAAaaaaa….LlaaaammMMaaaa”. teriak Neza dengan perasaan super gondok.
***
“Tan..kita piket masak kan hari ini?”, tanya Opah sambil menghampiri Neza.
“Hem..ma slow mend tuh. Bangunin gih..”.
Opah pun segera masuk ke kamar untuk membangunkan rekan masaknya. Grubak..grubuk..terdengar dari luar kamar. Beberapa saat kemudian Omend keluar dari kamar dengan sarung dan mata yang masih terpejang. Hem…Neza hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu.
            Nah..nah mau jalan kemana dia?...”Kriet..bruukkk..”. Kini Neza melongo melihat Omend yang masuk ke kamar cewek.
            “mana Si Omend???”, tanya Opah dengan beberapa bungkus mie instan ditangannya.
Neza mengarahkan telunjuknya ke kamar cewek. Buru-buru mereka berdua menyusul Omend, dan mendapatinya sedang meringkuk di kasur..tidur kembali. Untung temen-temen cewek Neza sedang tidak ada di kamar. Hem…
            “OoMmeEenNdD….!!!!!”, teriak Opah dan Neza bersamaan.
***
Namun disamping “kesuper leletannya” dia orang yang baik dan memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Seperti pada malam itu…
            “Kruyuukk..kruyuuukk…”.Perut Neza berdemonstrasi.
 Yah, teman-teman perempuan Neza sudah terlelap semuanya. Tinggal teman-teman lelaki Neza yang masih terdengar berdiskusi di serambi depan. “huhu..bakalan gak bisa tidur semaleman nh gara-gara kelaparaan”.
            Tiba-tiba terdengar suara ketuka dipintu kamar Neza. “Nez kamu laper yak o belum tidur?. Masak yukk..?”.
“Ayuukkk…”, kata Neza girang.
 Ia buru-buru keluar kamar dan mendapati Omend tersenyum-senyum dengan 3 bungkus mie instan ditangannya. Mereka berdua pun terkekeh-kekeh menyadari kekonyolan mereka sendiri. Dengan langkah mengendap-endap mereka menuju ke dapur. Gawat kalau yang lain tahu…“Klutak…klutek..”. mereka sibuk menambahkan ini itu pada masakannya.
“Ehheeeem…masak diem-diem yah”, kata Opah salah satu temen lelaki Neza yang tahu-tahu sudah berdiri di pintu dapur. Lah..lah ternyata dibelakang Opah menyusul teman-teman lelaki Neza yang lain.
“Nih..kita tambahin. Masakin sekalian yah…kita laperrr…”, kata Opah menambahkan beberapa bungkus mie instan sekaligus.
“Hiiieehhh kejam…”.
***
Yang paling Neza ingat dari semua kejadian adalah tiap kali dia mengajar baca al-Qur’an khusus ibu-ibu tiap ba’dha isya.  Selalu saja ibu-ibu itu lebih memilih mengerubungi si slow mend. Laris manis pokoknya….
“HuuUuuuaaaAAaaahahahaha…..”. tawa mereka bersamaan demi teringat kejadian-kejadian konyol semasa KKN.
Aktivitas dan waktu memang telah memberikan jarak pada persahabatan mereka. Memang mereka jarang  bahkan bisa dibilang tidak pernah bertemu selepas KKN. Namun, ketika mereka dipertemukan lagi maka persahabatan itu akan merekah kembali.
~Tidak ada pertemuan yang abadi. Begitu juga, dengan perpisahan. Tidak ada perpisahan yang abadi~