Senin, 20 Mei 2013

KERENDAHAN HATI

 
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri


~Taufik Ismail~

ALIF KECIL




 Rabu, jam 14.00 Wib
Angkot kecil berwarna coklat itu berhenti dilampu merah daerah Gejayan. Ditengah matahari yang masih bersinar terik dan kendaraan bermotor yang berjubel menghasilkan karbon dioksida yang memenuhi udara, Neza bertemu dengan anak kecil itu.
Anak kecil dengan tubuh kerempeng, berkulit coklat terpanggang matahari dan tanpa memakai alas kaki. Anak itu nekat berjalan menyelinap diantara kendaraan-kendaraan yang sedang berhenti dilampu merah itu. Ia menyodorkan kalengnya meminta-minta. Alif, sebutan yang diberikan Neza pada anak kecil itu. Entah, siapa nama anak itu sebenarnya. Namun. Neza perkirakan usia anak itu sekitar delapan atau Sembilan tahunan.
            “mbak…minta uangnya mbak…”. Suara Alif menyadarkan Neza dari lamunannya.
Segera ia mengulurkan uang yang ia punya kekaleng si Alif. “Kemana sebenarnya orang tua mu Alif??”, tanya Neza dalam hati. Kadang Neza berfikir bahwa tindakannya barusan tidaklah mendidik, karena akan membuat si Alif akan kembali meminta-minta di kesesokan harinya.
            Namun, ia tidak bisa menyalahkan dirinya 100% karena ia hanya seorang manusia yang dikarunia rasa iba. Lalu siapa yang akan membenarkan pemahaman si kecil Alif???siapa yang perduli akan nasib Alif???siapa yang sebenarnya salah??. Masyarakat yang terlalu iba dan membiarakan pemahaman yang salah??orang tua Alif atau Pemerintah???
            Siapa sebenarnya yang perduli pada si Alif kecil??

PA OPAH





          Opah.., begitu Neza sering memanggilnya. Bukan Opah dalam bahasa korea yang berarti kakak tapi opah dalam bahasa Indonesia yang artinya kakek. Entah kenapa Neza memanggil salah satu teman KKN nya itu dengan sebutan Opah. Rasanya ia cocok saja menyandang gelar itu hihihihi….atau barangkali sekedar balasan karena ia sering memanggil Neza dengan sebutan “tante”.
            “aku kan masih imut-imut…”, gerutu Neza kala itu
            “imut apa amit..??Hahhahaha..”. tawa Opah mengejek.
***
            Opah berasal dari kota metropolitan Jakarta tapi ia menguasai bahasa jawa dengan sangat baik. Malahan lebih fasih dari Neza yang notabene jawa tulen. Hehehehe..Neza sering malu sendiri  r(-,-)”. Selain si Omend, Opah juga termasuk yang dikagumi dikalangan ibu-ibu.
            Tiap kali Neza bertemu ibu-ibu disekitar poskonya pasti yang ditanya pertama kali adalah Opah, baru kemudian Omend dan peringkat ketiganya Si Pakdhe. Hem..dasar cowok-cowok pecinta ibu-ibu hehehe (^^)V.
***
“Tan..tante..bangun tan. Ayo kepasar..keburu pasar paginya tutup”, kata Opah sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Neza.
Uuh..mulai deh serangan fajar Opah. Tiap ba’dha subuh selalu membangunkan Neza untuk pergi kepasar.
“semangat banget sih Opah…”, kata Neza sambil mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk.
            “udah buruan cuci muka sana tan..”.
Huuuahh..tiap kali kepasar selalu saja si Opah membangunkan Neza. Langganan banget si Opah nih..
***
            “Lho??? Ko berhenti disini sih Opah?”, tanya Neza heran.
“Hehe..tante yang baik. Mumpung kita lewat di kelurahan sekalian minta tanda tangan pak lurah yah”, kata Opah sambil menyerahkan proposal itu kepada Neza.
“aku belum mandi Opah..”, rengek Neza sambil cemberut.
“gak papa…tetep cantik ko”, katanya merayu.
“Iiiihhh ngerjain banget nih anak..”, batin Neza dongkol. Tapi demi melihat sosok pak lurah yang berjalan kearahnya, Neza pun terpaksa memenuhi permintaan si Opah.
***
            Setelah beberapa minggu menikmati libur lebaran. Akhrinya mereka kembali lagi ke posko untuk melanjutkan tugas mereka yang belum selesai. Dari sembilan orang baru tujuh orang yang siap bertugas kembali. Opah dan Uzeng akan menyusul sehari kemudian.
            Siang itu kegiatan di posko tidak terlalu padat. ba’dha dzuhur semua kegiatan sudah selesai jadi mereka bisa beristirahat sejenak.
            “TaaaAAannTtteeee…”. Tiba-tiba terdengar sura teriakan dari luar kamar Neza.
            “Oppahhh pulang…”, jerit Neza girang.
Ia dan teman-temannya bergegas menghambur keluar kamar. Opah sudah berdiri di depan pintu dengan barang bawaan serta oleh-oleh yang berjibun. “Seeerrrbbuuuu…”, koor teman-temannya kompak. Neza yang berlari paling belakang Cuma bisa melongo tak kebagian oleh-oleh Opah…
            “Tenang tante…aku dah nyimpen yang special ko buat tante,”kata Opah sambil nyengir menggoda Neza yang masih berdiri sambil cemberut.
            “Ooooooooooowww…..!!!!”,teriak teman-teman heboh.
            “Tada…,”kata Opah sambil mengeluarkan bungkusan dari dalam tasnya.
            “Horeeee….coklat”, teriak Neza girang.
            “Eit..eit..spesial buat tante. Aku yang suapin..”. kerling Opah menggoda
            “HuuuuUUUuuuuuu……”, sorak teman-temen Neza.
***
“Iiihh sepi baget nih posko..pada ngilang kemana sih nih anak-anak”,kata Neza heran.
Neza berkeliling mencari teman-temannya..kesepian juga dia rupanya. “Hem mungkin mereka lagi pada tidur kali yah”.
“Lho ko kamar cowok pintunya kebuka sih?. Nah, tuh suara si Omend ma si Opah. Pada ngapain yah”. Karena penasaran Neza menghambiri kamar omend dan opah. Neza hampir saja masuk ketika tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam kamar….
            “JaAangGan masuk!!!!”.
            “Ow, maaf..”, spontan Neza mengurungkan niatnya.
Beberapa menit kemudian Opah dan Omend keluar dari kamar dan menghampiri Neza yang sedang asyik main game.
            “Nez.. kamu tadi liat ya Nez?”, tanya Opah tiba-tiba. Neza hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah innocent.
“Huuaaahahahahaha…”. Tawa Omend yang tiba-tiba menggelegar membuat Neza tambah bingung.
“Makanya kalau ganti baju tuh ditutup pintunya. Hampiiiirrr ja kan kamu kecolongan ma Neza. Huuuaaaahahahaha..”, tawa Omend lagi.
***
            “Tannnteeee…tak cariin dari tadi ternyata disini toh tan. Masak apa tan?. Aku bantuin ya?”.
Neza hanya mengengguk menanggapi berondongan pertanyaan Opah. “Lumayan ada yang bantui..hehehe”,batin Neza girang.
Tenaga Opah memang sangat membantu..setengah jam saja beberapa menu sudah siap disajikan. Tinggal menu utama deh…
            “Lho…opah. Sayurnya udah dimasukin toh? Trus airnya yang disini kemana Opah?”.
            “Dah tak masukin sekalian tan”.
            “HaahH?!!! Itukan air cucian sayur Oopaaaahhhh…”.
            “HuuuuuaaaAA….”, koor mereka histeris.
***
            Makan malam pun tiba. Teman-teman Neza sudah berkerumun ingin segera menyantap makanan yang tampak menggugah selera itu. Neza dan Opah dalang dibalik makanan itu ikut menyantap makanan dimeja makan sambil saling lirik. Berharap dosa mereka diampuni…hehehehe
***
            “siapa yang make kamar madi mend?. Ko dari tadi nggak keluar-keluar”, tanya Neza penasaran.
Biasa kalau pagi-pagi memang mereka sering berebut menggunakan kamar mandi. “Si pakdhe..kasian dari tadi bolak-balik ke kamar mandi”.
Beberapa menit kemudian pakdhe keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya.
“kenapa pakdhe?”, tanya Neza sambil menatap kasihan.
“sakit perut nih dari tadi malam..”, jawabnya sambil meringis memegangi perutnya yang nampaknya sakit lagi.
Tiba-tiba Opah mendekat kearah Neza. “Wah, pakdhe kena racunnya Neza tuh”, celetuknya tanpa rasa bersalah.
            “Enggak pakhe…Opah pelakunya”, kata Neza sambil menunjuk Opah.
Si pakdhe malah melongo melihat Neza dan Opah yang sibuk saling tunjuk.
 “TuUuttt…TuuTtt!!!”.
Kini giliran Neza dan Opah yang melongo melihat pakdhe yang buru-buru berlari kekamar mandi…
            “Ampuni kami pakdhe….”. (p,q)

JENDRAL ZENG





          Uzeng nama panggilan lelaki itu. Berperawakan kurus berambut gondrong bak Ariel Noah Ketika pertama kali muncul di TV. Setiap orang yang belum mengenalnya akan kaget ketika ia menyebutkan asal kampung halamannya “Madura”. Karena karakter dan perilakunya sama sekali berbeda dengan kebanyakan orang Madura. Ia memiliki suara dan kepribadian yang lembut…beneran (^^)V.
            Neza mengenalnya ketika ia satu kelompok KKN dengannya. Heran sekaligus kagum neza melihatnya. Meskipun terkesan agak diam dan santai tapi ketika ia telah berada diatas mimbar dan sudah memegang mikrofon. Ia akan berbicara panjang lebar dan bahasanya bak bahasa sufi yang menyentuh dan begitu dalam. Dan bacaanya…wuuuaaa sekelas rumi dkk. Hem bebar-benar calon sufi…insya allah.
Sayangnya si sufi ini gemar sekali tidur sampai sang ketua kelompok sempat menjulukinya “Abu Naum” hahahaha…itu karena ia kuat sekali bila sudah tidur. Bisa seharian dia tidur dan mejelang magrib ia baru bangun.
            Kehidupan uzeng seperti kebalikan dari orang normal. Jika malam ia terjaga sampai tengah malam jika siang ia tertidur sampai lewat tengah hari. Kebiasaannya begadang membuatnya sering dicari warga desa itu. Eiiitss buka apa-apa…tapi untuk diajak memancing ke telaga, berburu kelelawar atau sekedar membakar singkong di kebun warga.
***
            Teman-teman lelaki Neza suka sekali mengerjain Uzeng. Pernah suatu kali rambut gondrongnya dikuncir sepuluh dan didokumentasikan. Pernah juga ketika Neza kumat usilnya ia membawa makanan yang baru saja matang ke kamar uzeng dan meletakkan makanan itu dideket hidungnya. “Snif..snif…”, hidung Uzeng mengendus-endus bau masakan Neza.
Hihihihi lucuna…r(^3^)/
***
            Diam-diam ada seorang anak kecil di desa itu yang menyukainya. Namanya Haryanti, usianya sekitar sebelas tahun. Ia duduk di kelas lima SD. Neza tau akan hal itu karena haryanti adalah salah satu murid TPA nya. Hihihi..lucu juga melihatnya. Setiapkali Neza menggoda anak itu dengan menyebut nama Uzeng maka ia akan tersipu malu dan buru-buru menyembunyikan mukanya dibalik tubuh Neza. Aduh zeng…pesona mu tuh lho hehehehe r(^,^)”.
            Korban pesona Uzeng ternyata tak Cuma satu. Slow mend pun ternyata terperdaya olehnya hahahaha (^^)V..mereka bagaikan soulmate. Dimana ada Uzeng disitu pasti ada slow mend. Namun tampaknya pesona Uzeng terlalu kuat untuk dibendung sampai-sampai Pak ketu (sebutan ketua kelompok KKN Neza) dan Pakdhe pun yang slogannya “laki bangat” itu terpesona padanya. Huuuaaa(p,q)aaaa…
***
            Jatah dua minggu libur lebaran ternyata dirasa masih kurang oleh Uzeng. Disaat teman-temannya termasuk Neza telah sampai lagi di posko, Uzeng baru bisa bergabung kembali seminggu kemudian. Sebenarnya mereka dapat memakluminya tapi mereka semua sepakat untuk menjahili Uzeng...hehehe
            “Aku pulang…!!!!”, teriak Uzeng saat ia sampai di posko.
Hahahaiii…Neza siap menyambutnya dengan sapu ditangan. “Piket nyapu, nyuci piring, belanja, dan jangan lupa piket masak. Khusus buat kamu seminggu Fuuuulllll ya Zeng…”, kata pakketu berpidato.
            “Haaaa…???!!!Jahat sekali kalian ini…”, kata Uzeng dengan muka sengsara.
“Hihihihi…selamat ya Zeng”, kata Neza terkekeh.
            “Sintttooonggg…tolllllooooong aku…”, katanya histeris.
***
Huaahaha.....pokoknya banyak hal yang bisa membuat tertawa ketika mengingat se orang Uzeng. Walaupun hidupnya begitu santai tapi ternyata diam-diam dia mampu mengalahkan anggota KKN yang lain. Ia diam-diam mendeklarasikan diri bulan ini wisuda. Wah…neza pun sampai melongo ketika mendengar kabar kelulusannya. Iri juga neza kepadanya…but okey lah. Neza berjanji padanya dan pada dirinya sendiri untuk segera menyusul langkah sang sufi sekaligus abu naum itu.
~Tunggu Jendral, aku segera menyusul mu…cayoooo Neza~

SLOW MEND




            Rabu 19.25..Neza berjalan pulang dari kampusnya. Entah kenapa seharian itu pikiran Neza melayang kemana-mana. Tugasnya yang menggunung kembarpun terbengkalai karenanya.
Jenuh dan penat bercampur jadi satu.
Neza merogoh kantung doraemonnya (sebutan untuk tas gendongnya yang bisa dimasuki segala macam barang) mencari headset kesayangannya. “maaf ya, aku pinjam dunianya sebentar”. Dalam beberapa detik kemudian Neza tampak khusuk mendengarkan lantunan ayat-ayat suci al qur’an dr mp3nya dan entah sadar atau tidak bibirnya tampak komat-kamit menirukan bacaan sang qori’. Dunia serasa hanya miliknya saja.
Beberapa orang yang berpapasan jalan dengan Neza melihatnya dengan mimik yang agak bertanya-tanya. “Merapal mantra apa ya mbaknya ini”…hehehe mungkin itu yang terlintas dipikiran mereka.
Tiba-tiba Neza melepaskan headsetnya dan tampak celingak-celinguk mencari-cari sesuatu. “Eemm…perasaanku tadi ada yang manggil deh. Tapi ko gak ada orangnya yah?”.
“sudahlah…”, batin Neza sambil berlalu.
            Saat ia sampai di gang dengan penerangan yang agak remang sedang tiba-tiba seorang lelaki bersepeda motor memotong langkahnya dan mengatakan sesuatu. Samar-samar seperti berkata “ayo….jhfjhdsfkl…pulang”.
“Dasar mas-mas ganjen…”.
Dengan cuek Neza melangkah melewati sang lelaki yang tampak masih melongo.
“Untung jalanannya ramai kalau enggak…hhhiiiii…”.
Bergidik juga Neza membayangkannya.
            “Tiiin..tiiinnnn…tiiinnnn…, ayo ku antar pulang”, kata lelaki itu lagi.
Nampaknya ia masih mengikuti Neza dari belakang. “Hem..minta dikasih bogem nh orang”, batin Neza dengan muka agak kesal. “Eh…tunggu..tunggu…sepertinya aku…”.
            “Omeeeennnd…”,jerit Neza tanpa sadar.
“Sssstttzzz..jangan keras-keras. Kamu tuh malu-maluin aku banget. Udah dipanggil-panggil dari tadi gak jawab. Ditawarin tumpangan malah dicuekin, sekarang malah teriak-teriak”, katanya dongkol.
Neza hanya bisa nyengir menyadari tingkah konyolnya. “Aku lagi dengerin headset mend…”.
            “Ditambah gak make kacamata. Hem  parah…untungnya aku  tuh orang yang baik hati”.
“Hahahahaha…”. Mereka pun tertawa bersama.
Dijalan mereka pun saling bertukar cerita. Mengingat kembali masa-masa KKN ditempat terpencil yang penuh dengan keseruan.
***
            Omend nama lelaki itu namun Neza menjulukinya “Slow mend”. Mau tahu kenapa???. Karena dia orang yang paling leleeeettt dan paling nyantaaaiii diantara temen satu kelompoknya.
Contohnya saja saat Neza dan teman-temannya mengadakan sosialisasi tentang pupuk kandang.
            “Lho, Nez. Si Omend mana??”.
            “Hem…tercecer dimana lagi nih anak”, batin Neza heran
Dengan agak dongkol  karena medannya yang naik turun dan udara yang panas, Neza pun kembali lagi ke Posko mencari temannya yang tertinggal.
Bingung juga Neza mendapati keadaan posko yang sepi tanpa penghuni. Beberapa menit kemudian Slow mend pun muncul dengan handuk dipundaknya. Belum lagi Neza harus menunggunya berganti baju dan aksi-aksi lainnya yang menambah panjang durasi menunggu….
            “HuuUuuAAAAaaaaa….LlaaaammMMaaaa”. teriak Neza dengan perasaan super gondok.
***
“Tan..kita piket masak kan hari ini?”, tanya Opah sambil menghampiri Neza.
“Hem..ma slow mend tuh. Bangunin gih..”.
Opah pun segera masuk ke kamar untuk membangunkan rekan masaknya. Grubak..grubuk..terdengar dari luar kamar. Beberapa saat kemudian Omend keluar dari kamar dengan sarung dan mata yang masih terpejang. Hem…Neza hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu.
            Nah..nah mau jalan kemana dia?...”Kriet..bruukkk..”. Kini Neza melongo melihat Omend yang masuk ke kamar cewek.
            “mana Si Omend???”, tanya Opah dengan beberapa bungkus mie instan ditangannya.
Neza mengarahkan telunjuknya ke kamar cewek. Buru-buru mereka berdua menyusul Omend, dan mendapatinya sedang meringkuk di kasur..tidur kembali. Untung temen-temen cewek Neza sedang tidak ada di kamar. Hem…
            “OoMmeEenNdD….!!!!!”, teriak Opah dan Neza bersamaan.
***
Namun disamping “kesuper leletannya” dia orang yang baik dan memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Seperti pada malam itu…
            “Kruyuukk..kruyuuukk…”.Perut Neza berdemonstrasi.
 Yah, teman-teman perempuan Neza sudah terlelap semuanya. Tinggal teman-teman lelaki Neza yang masih terdengar berdiskusi di serambi depan. “huhu..bakalan gak bisa tidur semaleman nh gara-gara kelaparaan”.
            Tiba-tiba terdengar suara ketuka dipintu kamar Neza. “Nez kamu laper yak o belum tidur?. Masak yukk..?”.
“Ayuukkk…”, kata Neza girang.
 Ia buru-buru keluar kamar dan mendapati Omend tersenyum-senyum dengan 3 bungkus mie instan ditangannya. Mereka berdua pun terkekeh-kekeh menyadari kekonyolan mereka sendiri. Dengan langkah mengendap-endap mereka menuju ke dapur. Gawat kalau yang lain tahu…“Klutak…klutek..”. mereka sibuk menambahkan ini itu pada masakannya.
“Ehheeeem…masak diem-diem yah”, kata Opah salah satu temen lelaki Neza yang tahu-tahu sudah berdiri di pintu dapur. Lah..lah ternyata dibelakang Opah menyusul teman-teman lelaki Neza yang lain.
“Nih..kita tambahin. Masakin sekalian yah…kita laperrr…”, kata Opah menambahkan beberapa bungkus mie instan sekaligus.
“Hiiieehhh kejam…”.
***
Yang paling Neza ingat dari semua kejadian adalah tiap kali dia mengajar baca al-Qur’an khusus ibu-ibu tiap ba’dha isya.  Selalu saja ibu-ibu itu lebih memilih mengerubungi si slow mend. Laris manis pokoknya….
“HuuUuuuaaaAAaaahahahaha…..”. tawa mereka bersamaan demi teringat kejadian-kejadian konyol semasa KKN.
Aktivitas dan waktu memang telah memberikan jarak pada persahabatan mereka. Memang mereka jarang  bahkan bisa dibilang tidak pernah bertemu selepas KKN. Namun, ketika mereka dipertemukan lagi maka persahabatan itu akan merekah kembali.
~Tidak ada pertemuan yang abadi. Begitu juga, dengan perpisahan. Tidak ada perpisahan yang abadi~

Senin, 29 April 2013

SENYUM SEORANG ANNEZA



“Dasar akhwat tukang tebar pesona…tebar senyum sembarangan.
Memang kamu kira senyum yang kamu tebarkan tidak akan dimintai pertanggung jawabannya kelak…?”
“Cetarrrrr…!!!!” Seperti disambar petir disiang bolong. Kata-kata lelaki itu meskipun diucapkan dengan intonasi yang lembut tapi terasa menggelegar dihati Neza. Dalam beberapa menit ia hanya bisa berdiri mematung.
“Siapa orang itu..?”, Neza tidak pernah merasa mengenalnya. Melihatnya pun baru kali ini
***
“Nez….nezaaaaa..!!”.
“Ehh, em..iya ada apa mbak?”, jawab Neza tergagap
“Nglamun lagi yah?. Kenapa sih…dari kemarin mbak perhatikan kamu sering sekali melamun. Ayo crita sama mbak”.
“Huff…tahu aja mbak ku yang satu ini”, batin Neza gundah.
Beberapa kali Neza tampak menghela nafas panjang seolah ingin menghempaskan beban yang menyesakkan didadanya.
Mulutnya sudah terbuka siap akan mengatakan sesuatu yang mengganjal dihatinya..tapi setelah beberapa detik tak kunjung satu kalimatpun keluar dari mulutnya dan akhrinya Neza hanya menggelengkan kepalanya.
Akhir-akhri ini semua pekerjaan Neza berantakan. Tak ada satupun yang beres..tugas kampus, proposal organisasi bahkan hapalan ayatnya pun mulai kabur.
“Ya Allah…ada apa dengan ku”.
***
Neza menatap layar HPnya sedih. Akhir-akhir ini inbox HPnya hanya dipenuhi sms-sms pengganggu jiwa. Sms dari teman lawan jenis neza yang isinya sangat-sangggaaaat tidak jelas.
“lagi apa??sedang dimana??dengan siapa??sudah makan belum??”.
HuUuaA.. semuanya membuat Neza muak. Dimeja neza juga banyak surat-surat dari lawan jenis yang bernada serupa. Serupa tidak jelasnya….
Belum lagi kelakuan dari beberapa laki-laki yang dengan beraninya menemuinya mengubernya dari kampus sampai ke kosnya untuk sekedar menyatakan cinta ,mengajak pacaran atau lebih parahnya mengajak neza menikah. Ough..kepala Neza hampir meledak karenanya.
Neza memang lebih memilih menikah dari pada pacaran, tapi dari beberapa kandidat yang mendekatinya tidak satupun yang menurut Neza serius dan menempuh jalur yang benar… jalur yang telah digariskan oleh agamanya.
Tapi bukan itu pokok permasalahan yang sebenarnya…inti dari permasalahan ini sebenarnya adalah setiap kali Anneza menolak mereka maka akan datang mereka-mereka yang serupa.
Nesa sendiri heran..apa sebenarnya yang membuat mereka begitu tertarik padanya. Neza sangat sadar bahwa tidak ada yang istimewa dalam dirinya…semuanya serba standar. So, apa yang membuat mereka begitu tertarik pada neza?? Mengejar-ngejar neza dimanapun Neza berada.
“Hem, nampaknya ada yang salahkah dalam diri ku…??”, gumam Neza menerawang
***
Beberapa malam ini tidur Neza tak pernah nyenyak. Ia selalu terlihat gelisah disetiap kesempatan. Dan malam ini Neza terbangun lagi…karena suara itu. Suara laki-laki dengan kritikan yang sangat tajam…laki-laki tanpa identitas.
Dibawah temaram sinar bulan dan ditemani bintang-bintang Neza meneguhkan hatinya.
“Aku tidak boleh terus-terusan begini. Aku harus menghalau kegelisahan ku yang membuatku tidak produktif. Aku harus segara mencari arti dari kata-kata lelaki itu”.
***
Neza melempar buku ditangannya dengan perasaan kesal. Ini sudah buku ke sepuluh dalam satu minggu ini. Sudah hampir tiga bulan ini Neza berburu dan melahap dengan rakus semua buku-buku yang menyinggung tentang adat tersenyum. Ia hampir frustasi karena tak kunjung menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di kepalanya.
Skripsinya pun jadi terbengkalai karena dinomor duakan oleh nya. Oh jawaban…dimanakah engkau bersembunyi??
***
Hari ini matahari bersinar sangat terik..Neza berkali-kali mengusah peluh didahinya. Siang ini Neza ada janji bertemu dengan dosen pembimbing skripsinya. Hampir semingguan ini Ia tidak ke kampus. Malu juga Ia ketika dosen pembimbingnya itu menanyakan kemana saja Ia beberapa waktu ini. Ia mendapatkan banyak kritikan atas pekerjaannya, ia juga mendapat teguran keras dari dosen senior itu karena progresnya yang lambat.
Wajah Neza nampak merah padam ketika Ia keluar dari ruang dosen. Beberapa temannya nampak duduk-duduk di depan ruang dosen menunggu giliran bimbingan. Neza menyapa beberapa teman wanitanya dan tersenyum pada teman-teman lelakinya.
“gimana Nez??lancar..?”. neza hanya tersenyum kecut menanggapi pertanyaan temannya.
            Adzan dzuhur berkumandang, mengingatkan umat-Nya untuk segera menghadap dan menunaikan kewajibannya.
            “aku shalat dulu yah..”, kata Neza sambil beringsut menuju mushola fakultas.
            Air wudhu yang menyentuh pori-pori kulitnya bagaikan membasuh semua masalahnya..begitu menyegarkan syaraf-syarafnya yang tadi sempat kaku dan kusut.
            “liat gak tadi si Neza senyum kearah ku lho..”.
            Langkah kaki Neza tertahan ketika Ia mendengar percakapan seseorang di balik tempat wudhu wanita. Neza sempat ragu untuk mendengarkan kelanjutan percakapan itu..tapi rasa penasaran mengalahkannya.
            “Berarti gue punya peluang dong buat ngedeketin doi..”. Terdengar suara tawa beberapa orang dibalik tembok itu.
            “loe jangan ke GR an dulu bro. Neza kan orangnya memang ramah sama siapa aja”.
“bodo amat..dengan melihat doi tersenyum buat gua itu udah menandakan nilai plus buat kelanjutan hubungan gua ama doi. Asal loe tau aja, tiap kali doi tersenyum kearah gue…beuhhh gue rasanya melayangggg sampai kelangit-langit”
            “HAHAHAHAHAHAAAAA…..”. mereka kembali tertawa riuh
Neza tak tahan lagi mendengar percakapan mereka...ia segera menjauhi tempat itu sejauh-jauhnya dan menutup telinganya rapat-rapat.
***
“Dasar akhwat tukang tebar pesona…tebar senyum sembarangan.
Memang kamu kira senyum yang kamu tebarkan tidak akan dimintai pertanggung jawabannya kelak…?”
 Kata-kata lelaki itu seperti bergema disudut-sudut kamar Neza..inikah jawaban atas kritikan laki-laki itu?? Inikah jawaban atas pertanyaan ku, mengapa selama ini mereka mendekati ku?
Karena senyuman ku..senyuman yang membuat mereka salah paham. Senyuman yang membuat mereka berharap terlalu jauh…
Diliriknya tumpukan buku yang ia beli beberapa bulan lalu..salah satu buku itu tampak terbuka dan dihalamannya tertera beberapa tulisan yang menarik minat Neza untuk membacanya.
“Senyum wanita bisa membuat lelaki ingin dekat kepadanya…tapi menangisnya wanita, membuat lelaki menjauh darinya. Maka hati-hatilah  wahai wanita. Jangan kau tebarkan senyumanmu dengan murahnya kepada semua lelaki karena sungguh senyumanmu sangat mahal dan tak ternilai….”
Al-Ghazali
***
Hemm..udara pagi ini terasa begitu menyegarkan bagi Neza. Rupanya Ia telah banyak belajar dan telah mendapatkan hikmah atas teguran laki-laki itu. Tapi anehnya, entah kenapa akhir-akhir ini hati Neza malahan merasa tak tenang. Ia selalu berdebar-debar tanpa alasan yang logis.
“Nez..ada titipan surat”, kata mbak. Nida yang tiba-tiba nongol disampingnya.
“Dari siap…aaa??. Lho ko mbak. Nidanya dah ngilang ajah nih”, kata Neza menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Karena penasaran Neza buru-buru membuka selembar kertas putih itu dan isinya

Salam
Nampaknya kamu telah banyak belajar, Neza
Karenanya, aku tidak salah telah menetapkan pilihan ku
 

“HaaAaahH…lelucon macam apa lagi ini??!!”
Tanda Tanya besar bergelayut di otak neza ???? ulah siapa ini…???
***
“Poing..poing..poing…”. Dering Hp subuh itu menghentikan baca’an Al- Mat’surat Neza.
Neza buru-buru mengangkat Hp nya ketika melihat nama Bunda di layar panggilan masuknya.
            “Assalamu’alaikum…ada apa bun? Ko…”.
“Wa’alaikumsalam, Nez pagi ini juga kamu segera pulang ke rumah ya. Ada tamu penting yang ingin bertemu..”, kata Bunda Nampak terburu-buru.
“Tapi, bun..hari ini Neza mau bimbingan…”.
“Sudahlah Nez, kamu izin dulu satu hari…ini penting. Pokoknya Bunda tunggu dirumah yah. Assalamualai’kum…..”. Tuuutttt…ttuutt..ttuuuttt…
“Wa’alaikumsalam…”,jawab Neza lemas.
***
            Jam10.00 Tengg..!!! Neza sampai didepan rumahnya. Banyaknya sepatu yang berjajar rapi didepan pintu rumahnya menandakan ucapan Bundanya tidak main-main. Neza segara memutarkan langkahnya menuju pintu belakang. Di dapur ia mendapati Bundanya yang sedang sibuk menyiapkan makanan.
“Nezz…sudah sampai to. Sana buruan bersih-bersih dulu, jangan lupa dandan yang cantik”, kata Bundanya sambil mengerlingkan mata menggoda anaknya yang tampak kebingungan.
            Dengan berat hati dan tanpa mendapat penjelasan apapun dari Bundanya, Neza menyeret kaki menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian Bunda pun menyusulnya ke kamar. Melihat anak bungsunya yang telah rapi dan wangi itu duduk cemberut di pinggir ranjangnya, Bunda pun mulai menggoda Neza.
            “Bagaimana?? Sudah siap melihat calon suami mu..?”.
            “Haahh..maksudnya apa Bun?”, kata Neza dengan mulut melongo. Bunda malah tertawa melihat perubahan muka anaknya dari penasaran-bingung-panik-gugup…
“Salah satu dari tamu kita yang sedang ngobrol diruang tamu itu adalah orang yang mau melamar kamu Nez”.
Neza tak bisa mengatakan sepatah katapun karena sangat terkejut..”mimpi apa aku semalem..?”.
“Bunda sudah mempertimbangkan semuanya Nez. Bunda pikir memang sudah saatnya kamu berkeluarga. Tapi semua keputusan Bunda serahkan sepenuhnya ditangan Neza..”. Bunda menatap Neza dengan tatapan sayang seorang ibu.
***
Jantung Neza berdegup kencang, begitu kencangnya sampai-sampai Neza takut kalau ada yang mendengarnya. Bunda mengulurkan tangannya, mendampingi Neza menyusuri lorong menuju ruang tamu. Neza tahu tangannya sudah sedingi es, rasa gugupnya membuat jalannya agak limbung. Berkali-kali Neza menghela nafas panjang menenangkan diri. “Bismillah…”
            “Assalamu’alaikum..”, kata Neza dengan suara bergetar.
“Wa’alaikumsalam..”. jawaban salam yang menggemuruh sempat membuat nyali Neza menciut kembali.
Sunyi beberapa saat kemudian, membuat Neza semakin menundukkan wajahnya. Ia tak berani menatap siapa pun yang ada di ruang itu.
“Assalamu’aliakum, dek”.
Suara itu…??!! “Mbak. Nida…”, kata Neza kaget.
Mbak. Nida tersenyum dan mengerlingkan matanya nakal, menggoda Neza yang masih tertegun-tegun melihatnya.
            “Mbak mengantarkan saudara mbak..”.
            “HAah…??!!!”. Nisa tambah melongo, ia mengikuti arah pandang mbak. Nida. Pandangan mbak. Nida terhenti pada sesosok laki-laki berbaju koko biru. Tiba-tiba lelaki itu memalingkan wajahnya kearahnya. Neza buru-buru menundukkan pandangannya. ”Hiiieehh…kaget”, batin Neza dengan perasaan berdebar.
            Acara pun dimulai, Neza tak begitu memperhatikan jalannya acara. Ia tampak sibuk dengan pikiranya sendiri.
“Nduk, ini lho orang yang mau mengkhitbah mu..”, kata Bunda menggoda. 
“Assalamu’alaikum…”. Detak jantung Neza hampir berhenti demi mendengar suara itu.
Hening beberapa saat sebelum lelaki itu bersuara kembali.
“Afwan kalau baru sekarang kita bisa berkenalan secara resmi…namaku Fatih El Firdaus. Panggil saja Fatih”.
Kepala Neza tiba-tiba pening. Badannya mendadak panas dingin dan detak jantungnya kian terpacu dengan cepat. Dia..dia orang yang selama ini Neza car-cari. Orang yang membuat hidupnya sempat jungkir balik. Orang yang membuatnya berubah total.
“Alhamdulillah, kalau ternyata sudah saling kenal. Jadi, bagaimana keputusannya Nduk..?”.
Tubuh Neza terasa melayang..Ia hanya bisa diam dan duduk mematung dengan mata yang makin mengembun.
            Akankah pencarian Neza berakhir disini…???

>To Be Continue<