“Dasar
akhwat tukang tebar pesona…tebar senyum sembarangan.
Memang
kamu kira senyum yang kamu tebarkan tidak akan dimintai pertanggung jawabannya
kelak…?”
“Cetarrrrr…!!!!”
Seperti disambar petir disiang bolong. Kata-kata lelaki itu meskipun diucapkan
dengan intonasi yang lembut tapi terasa menggelegar dihati Neza. Dalam beberapa
menit ia hanya bisa berdiri mematung.
“Siapa
orang itu..?”, Neza tidak pernah merasa mengenalnya. Melihatnya pun baru kali
ini
***
“Nez….nezaaaaa..!!”.
“Ehh,
em..iya ada apa mbak?”, jawab Neza tergagap
“Nglamun
lagi yah?. Kenapa sih…dari kemarin mbak perhatikan kamu sering sekali melamun.
Ayo crita sama mbak”.
“Huff…tahu
aja mbak ku yang satu ini”, batin Neza gundah.
Beberapa
kali Neza tampak menghela nafas panjang seolah ingin menghempaskan beban yang
menyesakkan didadanya.
Mulutnya
sudah terbuka siap akan mengatakan sesuatu yang mengganjal dihatinya..tapi
setelah beberapa detik tak kunjung satu kalimatpun keluar dari mulutnya dan
akhrinya Neza hanya menggelengkan kepalanya.
Akhir-akhri
ini semua pekerjaan Neza berantakan. Tak ada satupun yang beres..tugas kampus,
proposal organisasi bahkan hapalan ayatnya pun mulai kabur.
“Ya
Allah…ada apa dengan ku”.
***
Neza
menatap layar HPnya sedih. Akhir-akhir ini inbox HPnya hanya dipenuhi sms-sms
pengganggu jiwa. Sms dari teman lawan jenis neza yang isinya sangat-sangggaaaat
tidak jelas.
“lagi
apa??sedang dimana??dengan siapa??sudah makan belum??”.
HuUuaA..
semuanya membuat Neza muak. Dimeja neza juga banyak surat-surat dari lawan
jenis yang bernada serupa. Serupa tidak jelasnya….
Belum
lagi kelakuan dari beberapa laki-laki yang dengan beraninya menemuinya
mengubernya dari kampus sampai ke kosnya untuk sekedar menyatakan cinta
,mengajak pacaran atau lebih parahnya mengajak neza menikah. Ough..kepala Neza
hampir meledak karenanya.
Neza
memang lebih memilih menikah dari pada pacaran, tapi dari beberapa kandidat
yang mendekatinya tidak satupun yang menurut Neza serius dan menempuh jalur
yang benar… jalur yang telah digariskan oleh agamanya.
Tapi
bukan itu pokok permasalahan yang sebenarnya…inti dari permasalahan ini
sebenarnya adalah setiap kali Anneza menolak mereka maka akan datang
mereka-mereka yang serupa.
Nesa
sendiri heran..apa sebenarnya yang membuat mereka begitu tertarik padanya. Neza
sangat sadar bahwa tidak ada yang istimewa dalam dirinya…semuanya serba standar.
So, apa yang membuat mereka begitu tertarik pada neza?? Mengejar-ngejar neza
dimanapun Neza berada.
“Hem,
nampaknya ada yang salahkah dalam diri ku…??”, gumam Neza menerawang
***
Beberapa
malam ini tidur Neza tak pernah nyenyak. Ia selalu terlihat gelisah disetiap
kesempatan. Dan malam ini Neza terbangun lagi…karena suara itu. Suara laki-laki
dengan kritikan yang sangat tajam…laki-laki tanpa identitas.
Dibawah
temaram sinar bulan dan ditemani bintang-bintang Neza meneguhkan hatinya.
“Aku
tidak boleh terus-terusan begini. Aku harus menghalau kegelisahan ku yang
membuatku tidak produktif. Aku harus segara mencari arti dari kata-kata lelaki
itu”.
***
Neza
melempar buku ditangannya dengan perasaan kesal. Ini sudah buku ke sepuluh
dalam satu minggu ini. Sudah hampir tiga bulan ini Neza berburu dan melahap
dengan rakus semua buku-buku yang menyinggung tentang adat tersenyum. Ia hampir
frustasi karena tak kunjung menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di
kepalanya.
Skripsinya
pun jadi terbengkalai karena dinomor duakan oleh nya. Oh jawaban…dimanakah
engkau bersembunyi??
***
Hari
ini matahari bersinar sangat terik..Neza berkali-kali mengusah peluh didahinya.
Siang ini Neza ada janji bertemu dengan dosen pembimbing skripsinya. Hampir
semingguan ini Ia tidak ke kampus. Malu juga Ia ketika dosen pembimbingnya itu
menanyakan kemana saja Ia beberapa waktu ini. Ia mendapatkan banyak kritikan
atas pekerjaannya, ia juga mendapat teguran keras dari dosen senior itu karena
progresnya yang lambat.
Wajah
Neza nampak merah padam ketika Ia keluar dari ruang dosen. Beberapa temannya
nampak duduk-duduk di depan ruang dosen menunggu giliran bimbingan. Neza
menyapa beberapa teman wanitanya dan tersenyum pada teman-teman lelakinya.
“gimana
Nez??lancar..?”. neza hanya tersenyum kecut menanggapi pertanyaan temannya.
Adzan dzuhur berkumandang,
mengingatkan umat-Nya untuk segera menghadap dan menunaikan kewajibannya.
“aku shalat dulu yah..”, kata Neza sambil
beringsut menuju mushola fakultas.
Air wudhu yang menyentuh pori-pori
kulitnya bagaikan membasuh semua masalahnya..begitu menyegarkan
syaraf-syarafnya yang tadi sempat kaku dan kusut.
“liat gak tadi si Neza senyum kearah
ku lho..”.
Langkah kaki Neza tertahan ketika Ia
mendengar percakapan seseorang di balik tempat wudhu wanita. Neza sempat ragu
untuk mendengarkan kelanjutan percakapan itu..tapi rasa penasaran
mengalahkannya.
“Berarti gue punya peluang dong buat
ngedeketin doi..”. Terdengar suara tawa beberapa orang dibalik tembok itu.
“loe jangan ke GR an dulu bro. Neza
kan orangnya memang ramah sama siapa aja”.
“bodo
amat..dengan melihat doi tersenyum buat gua itu udah menandakan nilai plus buat
kelanjutan hubungan gua ama doi. Asal loe tau aja, tiap kali doi tersenyum
kearah gue…beuhhh gue rasanya melayangggg sampai kelangit-langit”
“HAHAHAHAHAHAAAAA…..”. mereka
kembali tertawa riuh
Neza
tak tahan lagi mendengar percakapan mereka...ia segera menjauhi tempat itu
sejauh-jauhnya dan menutup telinganya rapat-rapat.
***
“Dasar
akhwat tukang tebar pesona…tebar senyum sembarangan.
Memang
kamu kira senyum yang kamu tebarkan tidak akan dimintai pertanggung jawabannya
kelak…?”
Kata-kata lelaki itu seperti bergema
disudut-sudut kamar Neza..inikah jawaban atas kritikan laki-laki itu?? Inikah
jawaban atas pertanyaan ku, mengapa selama ini mereka mendekati ku?
Karena senyuman ku..senyuman yang
membuat mereka salah paham. Senyuman yang membuat mereka berharap terlalu jauh…
Diliriknya tumpukan buku yang ia
beli beberapa bulan lalu..salah satu buku itu tampak terbuka dan dihalamannya
tertera beberapa tulisan yang menarik minat Neza untuk membacanya.
“Senyum
wanita bisa membuat lelaki ingin dekat kepadanya…tapi menangisnya wanita,
membuat lelaki menjauh darinya. Maka hati-hatilah wahai wanita. Jangan kau tebarkan senyumanmu
dengan murahnya kepada semua lelaki karena sungguh senyumanmu sangat mahal dan
tak ternilai….”
Al-Ghazali
***
Hemm..udara
pagi ini terasa begitu menyegarkan bagi Neza. Rupanya Ia telah banyak belajar
dan telah mendapatkan hikmah atas teguran laki-laki itu. Tapi anehnya, entah
kenapa akhir-akhir ini hati Neza malahan merasa tak tenang. Ia selalu berdebar-debar
tanpa alasan yang logis.
“Nez..ada
titipan surat”, kata mbak. Nida yang tiba-tiba nongol disampingnya.
“Dari
siap…aaa??. Lho ko mbak. Nidanya dah ngilang ajah nih”, kata Neza
menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Karena
penasaran Neza buru-buru membuka selembar kertas putih itu dan isinya
Salam
Nampaknya kamu telah banyak belajar, Neza
Karenanya, aku tidak salah telah menetapkan
pilihan ku
|
“HaaAaahH…lelucon
macam apa lagi ini??!!”
Tanda
Tanya besar bergelayut di otak neza ???? ulah siapa ini…???
***
“Poing..poing..poing…”.
Dering Hp subuh itu menghentikan baca’an Al- Mat’surat Neza.
Neza
buru-buru mengangkat Hp nya ketika melihat nama Bunda di layar panggilan
masuknya.
“Assalamu’alaikum…ada apa bun? Ko…”.
“Wa’alaikumsalam,
Nez pagi ini juga kamu segera pulang ke rumah ya. Ada tamu penting yang ingin
bertemu..”, kata Bunda Nampak terburu-buru.
“Tapi,
bun..hari ini Neza mau bimbingan…”.
“Sudahlah
Nez, kamu izin dulu satu hari…ini penting. Pokoknya Bunda tunggu dirumah yah.
Assalamualai’kum…..”. Tuuutttt…ttuutt..ttuuuttt…
“Wa’alaikumsalam…”,jawab
Neza lemas.
***
Jam10.00 Tengg..!!! Neza sampai
didepan rumahnya. Banyaknya sepatu yang berjajar rapi didepan pintu rumahnya
menandakan ucapan Bundanya tidak main-main. Neza segara memutarkan langkahnya
menuju pintu belakang. Di dapur ia mendapati Bundanya yang sedang sibuk
menyiapkan makanan.
“Nezz…sudah
sampai to. Sana buruan bersih-bersih dulu, jangan lupa dandan yang cantik”,
kata Bundanya sambil mengerlingkan mata menggoda anaknya yang tampak
kebingungan.
Dengan berat hati dan tanpa mendapat
penjelasan apapun dari Bundanya, Neza menyeret kaki menuju kamarnya. Beberapa
menit kemudian Bunda pun menyusulnya ke kamar. Melihat anak bungsunya yang
telah rapi dan wangi itu duduk cemberut di pinggir ranjangnya, Bunda pun mulai
menggoda Neza.
“Bagaimana?? Sudah siap melihat
calon suami mu..?”.
“Haahh..maksudnya apa Bun?”, kata
Neza dengan mulut melongo. Bunda malah tertawa melihat perubahan muka anaknya
dari penasaran-bingung-panik-gugup…
“Salah
satu dari tamu kita yang sedang ngobrol diruang tamu itu adalah orang yang mau
melamar kamu Nez”.
Neza
tak bisa mengatakan sepatah katapun karena sangat terkejut..”mimpi apa aku
semalem..?”.
“Bunda
sudah mempertimbangkan semuanya Nez. Bunda pikir memang sudah saatnya kamu
berkeluarga. Tapi semua keputusan Bunda serahkan sepenuhnya ditangan Neza..”.
Bunda menatap Neza dengan tatapan sayang seorang ibu.
***
Jantung
Neza berdegup kencang, begitu kencangnya sampai-sampai Neza takut kalau ada
yang mendengarnya. Bunda mengulurkan tangannya, mendampingi Neza menyusuri
lorong menuju ruang tamu. Neza tahu tangannya sudah sedingi es, rasa gugupnya
membuat jalannya agak limbung. Berkali-kali Neza menghela nafas panjang
menenangkan diri. “Bismillah…”
“Assalamu’alaikum..”, kata Neza
dengan suara bergetar.
“Wa’alaikumsalam..”.
jawaban salam yang menggemuruh sempat membuat nyali Neza menciut kembali.
Sunyi
beberapa saat kemudian, membuat Neza semakin menundukkan wajahnya. Ia tak
berani menatap siapa pun yang ada di ruang itu.
“Assalamu’aliakum,
dek”.
Suara
itu…??!! “Mbak. Nida…”, kata Neza kaget.
Mbak.
Nida tersenyum dan mengerlingkan matanya nakal, menggoda Neza yang masih
tertegun-tegun melihatnya.
“Mbak mengantarkan saudara mbak..”.
“HAah…??!!!”. Nisa tambah melongo,
ia mengikuti arah pandang mbak. Nida. Pandangan mbak. Nida terhenti pada
sesosok laki-laki berbaju koko biru. Tiba-tiba lelaki itu memalingkan wajahnya
kearahnya. Neza buru-buru menundukkan pandangannya. ”Hiiieehh…kaget”, batin
Neza dengan perasaan berdebar.
Acara pun dimulai, Neza tak begitu
memperhatikan jalannya acara. Ia tampak sibuk dengan pikiranya sendiri.
“Nduk,
ini lho orang yang mau mengkhitbah mu..”, kata Bunda menggoda.
“Assalamu’alaikum…”.
Detak jantung Neza hampir berhenti demi mendengar suara itu.
Hening
beberapa saat sebelum lelaki itu bersuara kembali.
“Afwan
kalau baru sekarang kita bisa berkenalan secara resmi…namaku Fatih El Firdaus.
Panggil saja Fatih”.
Kepala
Neza tiba-tiba pening. Badannya mendadak panas dingin dan detak jantungnya kian
terpacu dengan cepat. Dia..dia orang yang selama ini Neza car-cari. Orang yang
membuat hidupnya sempat jungkir balik. Orang yang membuatnya berubah total.
“Alhamdulillah,
kalau ternyata sudah saling kenal. Jadi, bagaimana keputusannya Nduk..?”.
Tubuh
Neza terasa melayang..Ia hanya bisa diam dan duduk mematung dengan mata yang
makin mengembun.
Akankah pencarian Neza berakhir
disini…???
>To
Be Continue<