Senin, 29 April 2013

SENYUM SEORANG ANNEZA



“Dasar akhwat tukang tebar pesona…tebar senyum sembarangan.
Memang kamu kira senyum yang kamu tebarkan tidak akan dimintai pertanggung jawabannya kelak…?”
“Cetarrrrr…!!!!” Seperti disambar petir disiang bolong. Kata-kata lelaki itu meskipun diucapkan dengan intonasi yang lembut tapi terasa menggelegar dihati Neza. Dalam beberapa menit ia hanya bisa berdiri mematung.
“Siapa orang itu..?”, Neza tidak pernah merasa mengenalnya. Melihatnya pun baru kali ini
***
“Nez….nezaaaaa..!!”.
“Ehh, em..iya ada apa mbak?”, jawab Neza tergagap
“Nglamun lagi yah?. Kenapa sih…dari kemarin mbak perhatikan kamu sering sekali melamun. Ayo crita sama mbak”.
“Huff…tahu aja mbak ku yang satu ini”, batin Neza gundah.
Beberapa kali Neza tampak menghela nafas panjang seolah ingin menghempaskan beban yang menyesakkan didadanya.
Mulutnya sudah terbuka siap akan mengatakan sesuatu yang mengganjal dihatinya..tapi setelah beberapa detik tak kunjung satu kalimatpun keluar dari mulutnya dan akhrinya Neza hanya menggelengkan kepalanya.
Akhir-akhri ini semua pekerjaan Neza berantakan. Tak ada satupun yang beres..tugas kampus, proposal organisasi bahkan hapalan ayatnya pun mulai kabur.
“Ya Allah…ada apa dengan ku”.
***
Neza menatap layar HPnya sedih. Akhir-akhir ini inbox HPnya hanya dipenuhi sms-sms pengganggu jiwa. Sms dari teman lawan jenis neza yang isinya sangat-sangggaaaat tidak jelas.
“lagi apa??sedang dimana??dengan siapa??sudah makan belum??”.
HuUuaA.. semuanya membuat Neza muak. Dimeja neza juga banyak surat-surat dari lawan jenis yang bernada serupa. Serupa tidak jelasnya….
Belum lagi kelakuan dari beberapa laki-laki yang dengan beraninya menemuinya mengubernya dari kampus sampai ke kosnya untuk sekedar menyatakan cinta ,mengajak pacaran atau lebih parahnya mengajak neza menikah. Ough..kepala Neza hampir meledak karenanya.
Neza memang lebih memilih menikah dari pada pacaran, tapi dari beberapa kandidat yang mendekatinya tidak satupun yang menurut Neza serius dan menempuh jalur yang benar… jalur yang telah digariskan oleh agamanya.
Tapi bukan itu pokok permasalahan yang sebenarnya…inti dari permasalahan ini sebenarnya adalah setiap kali Anneza menolak mereka maka akan datang mereka-mereka yang serupa.
Nesa sendiri heran..apa sebenarnya yang membuat mereka begitu tertarik padanya. Neza sangat sadar bahwa tidak ada yang istimewa dalam dirinya…semuanya serba standar. So, apa yang membuat mereka begitu tertarik pada neza?? Mengejar-ngejar neza dimanapun Neza berada.
“Hem, nampaknya ada yang salahkah dalam diri ku…??”, gumam Neza menerawang
***
Beberapa malam ini tidur Neza tak pernah nyenyak. Ia selalu terlihat gelisah disetiap kesempatan. Dan malam ini Neza terbangun lagi…karena suara itu. Suara laki-laki dengan kritikan yang sangat tajam…laki-laki tanpa identitas.
Dibawah temaram sinar bulan dan ditemani bintang-bintang Neza meneguhkan hatinya.
“Aku tidak boleh terus-terusan begini. Aku harus menghalau kegelisahan ku yang membuatku tidak produktif. Aku harus segara mencari arti dari kata-kata lelaki itu”.
***
Neza melempar buku ditangannya dengan perasaan kesal. Ini sudah buku ke sepuluh dalam satu minggu ini. Sudah hampir tiga bulan ini Neza berburu dan melahap dengan rakus semua buku-buku yang menyinggung tentang adat tersenyum. Ia hampir frustasi karena tak kunjung menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di kepalanya.
Skripsinya pun jadi terbengkalai karena dinomor duakan oleh nya. Oh jawaban…dimanakah engkau bersembunyi??
***
Hari ini matahari bersinar sangat terik..Neza berkali-kali mengusah peluh didahinya. Siang ini Neza ada janji bertemu dengan dosen pembimbing skripsinya. Hampir semingguan ini Ia tidak ke kampus. Malu juga Ia ketika dosen pembimbingnya itu menanyakan kemana saja Ia beberapa waktu ini. Ia mendapatkan banyak kritikan atas pekerjaannya, ia juga mendapat teguran keras dari dosen senior itu karena progresnya yang lambat.
Wajah Neza nampak merah padam ketika Ia keluar dari ruang dosen. Beberapa temannya nampak duduk-duduk di depan ruang dosen menunggu giliran bimbingan. Neza menyapa beberapa teman wanitanya dan tersenyum pada teman-teman lelakinya.
“gimana Nez??lancar..?”. neza hanya tersenyum kecut menanggapi pertanyaan temannya.
            Adzan dzuhur berkumandang, mengingatkan umat-Nya untuk segera menghadap dan menunaikan kewajibannya.
            “aku shalat dulu yah..”, kata Neza sambil beringsut menuju mushola fakultas.
            Air wudhu yang menyentuh pori-pori kulitnya bagaikan membasuh semua masalahnya..begitu menyegarkan syaraf-syarafnya yang tadi sempat kaku dan kusut.
            “liat gak tadi si Neza senyum kearah ku lho..”.
            Langkah kaki Neza tertahan ketika Ia mendengar percakapan seseorang di balik tempat wudhu wanita. Neza sempat ragu untuk mendengarkan kelanjutan percakapan itu..tapi rasa penasaran mengalahkannya.
            “Berarti gue punya peluang dong buat ngedeketin doi..”. Terdengar suara tawa beberapa orang dibalik tembok itu.
            “loe jangan ke GR an dulu bro. Neza kan orangnya memang ramah sama siapa aja”.
“bodo amat..dengan melihat doi tersenyum buat gua itu udah menandakan nilai plus buat kelanjutan hubungan gua ama doi. Asal loe tau aja, tiap kali doi tersenyum kearah gue…beuhhh gue rasanya melayangggg sampai kelangit-langit”
            “HAHAHAHAHAHAAAAA…..”. mereka kembali tertawa riuh
Neza tak tahan lagi mendengar percakapan mereka...ia segera menjauhi tempat itu sejauh-jauhnya dan menutup telinganya rapat-rapat.
***
“Dasar akhwat tukang tebar pesona…tebar senyum sembarangan.
Memang kamu kira senyum yang kamu tebarkan tidak akan dimintai pertanggung jawabannya kelak…?”
 Kata-kata lelaki itu seperti bergema disudut-sudut kamar Neza..inikah jawaban atas kritikan laki-laki itu?? Inikah jawaban atas pertanyaan ku, mengapa selama ini mereka mendekati ku?
Karena senyuman ku..senyuman yang membuat mereka salah paham. Senyuman yang membuat mereka berharap terlalu jauh…
Diliriknya tumpukan buku yang ia beli beberapa bulan lalu..salah satu buku itu tampak terbuka dan dihalamannya tertera beberapa tulisan yang menarik minat Neza untuk membacanya.
“Senyum wanita bisa membuat lelaki ingin dekat kepadanya…tapi menangisnya wanita, membuat lelaki menjauh darinya. Maka hati-hatilah  wahai wanita. Jangan kau tebarkan senyumanmu dengan murahnya kepada semua lelaki karena sungguh senyumanmu sangat mahal dan tak ternilai….”
Al-Ghazali
***
Hemm..udara pagi ini terasa begitu menyegarkan bagi Neza. Rupanya Ia telah banyak belajar dan telah mendapatkan hikmah atas teguran laki-laki itu. Tapi anehnya, entah kenapa akhir-akhir ini hati Neza malahan merasa tak tenang. Ia selalu berdebar-debar tanpa alasan yang logis.
“Nez..ada titipan surat”, kata mbak. Nida yang tiba-tiba nongol disampingnya.
“Dari siap…aaa??. Lho ko mbak. Nidanya dah ngilang ajah nih”, kata Neza menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Karena penasaran Neza buru-buru membuka selembar kertas putih itu dan isinya

Salam
Nampaknya kamu telah banyak belajar, Neza
Karenanya, aku tidak salah telah menetapkan pilihan ku
 

“HaaAaahH…lelucon macam apa lagi ini??!!”
Tanda Tanya besar bergelayut di otak neza ???? ulah siapa ini…???
***
“Poing..poing..poing…”. Dering Hp subuh itu menghentikan baca’an Al- Mat’surat Neza.
Neza buru-buru mengangkat Hp nya ketika melihat nama Bunda di layar panggilan masuknya.
            “Assalamu’alaikum…ada apa bun? Ko…”.
“Wa’alaikumsalam, Nez pagi ini juga kamu segera pulang ke rumah ya. Ada tamu penting yang ingin bertemu..”, kata Bunda Nampak terburu-buru.
“Tapi, bun..hari ini Neza mau bimbingan…”.
“Sudahlah Nez, kamu izin dulu satu hari…ini penting. Pokoknya Bunda tunggu dirumah yah. Assalamualai’kum…..”. Tuuutttt…ttuutt..ttuuuttt…
“Wa’alaikumsalam…”,jawab Neza lemas.
***
            Jam10.00 Tengg..!!! Neza sampai didepan rumahnya. Banyaknya sepatu yang berjajar rapi didepan pintu rumahnya menandakan ucapan Bundanya tidak main-main. Neza segara memutarkan langkahnya menuju pintu belakang. Di dapur ia mendapati Bundanya yang sedang sibuk menyiapkan makanan.
“Nezz…sudah sampai to. Sana buruan bersih-bersih dulu, jangan lupa dandan yang cantik”, kata Bundanya sambil mengerlingkan mata menggoda anaknya yang tampak kebingungan.
            Dengan berat hati dan tanpa mendapat penjelasan apapun dari Bundanya, Neza menyeret kaki menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian Bunda pun menyusulnya ke kamar. Melihat anak bungsunya yang telah rapi dan wangi itu duduk cemberut di pinggir ranjangnya, Bunda pun mulai menggoda Neza.
            “Bagaimana?? Sudah siap melihat calon suami mu..?”.
            “Haahh..maksudnya apa Bun?”, kata Neza dengan mulut melongo. Bunda malah tertawa melihat perubahan muka anaknya dari penasaran-bingung-panik-gugup…
“Salah satu dari tamu kita yang sedang ngobrol diruang tamu itu adalah orang yang mau melamar kamu Nez”.
Neza tak bisa mengatakan sepatah katapun karena sangat terkejut..”mimpi apa aku semalem..?”.
“Bunda sudah mempertimbangkan semuanya Nez. Bunda pikir memang sudah saatnya kamu berkeluarga. Tapi semua keputusan Bunda serahkan sepenuhnya ditangan Neza..”. Bunda menatap Neza dengan tatapan sayang seorang ibu.
***
Jantung Neza berdegup kencang, begitu kencangnya sampai-sampai Neza takut kalau ada yang mendengarnya. Bunda mengulurkan tangannya, mendampingi Neza menyusuri lorong menuju ruang tamu. Neza tahu tangannya sudah sedingi es, rasa gugupnya membuat jalannya agak limbung. Berkali-kali Neza menghela nafas panjang menenangkan diri. “Bismillah…”
            “Assalamu’alaikum..”, kata Neza dengan suara bergetar.
“Wa’alaikumsalam..”. jawaban salam yang menggemuruh sempat membuat nyali Neza menciut kembali.
Sunyi beberapa saat kemudian, membuat Neza semakin menundukkan wajahnya. Ia tak berani menatap siapa pun yang ada di ruang itu.
“Assalamu’aliakum, dek”.
Suara itu…??!! “Mbak. Nida…”, kata Neza kaget.
Mbak. Nida tersenyum dan mengerlingkan matanya nakal, menggoda Neza yang masih tertegun-tegun melihatnya.
            “Mbak mengantarkan saudara mbak..”.
            “HAah…??!!!”. Nisa tambah melongo, ia mengikuti arah pandang mbak. Nida. Pandangan mbak. Nida terhenti pada sesosok laki-laki berbaju koko biru. Tiba-tiba lelaki itu memalingkan wajahnya kearahnya. Neza buru-buru menundukkan pandangannya. ”Hiiieehh…kaget”, batin Neza dengan perasaan berdebar.
            Acara pun dimulai, Neza tak begitu memperhatikan jalannya acara. Ia tampak sibuk dengan pikiranya sendiri.
“Nduk, ini lho orang yang mau mengkhitbah mu..”, kata Bunda menggoda. 
“Assalamu’alaikum…”. Detak jantung Neza hampir berhenti demi mendengar suara itu.
Hening beberapa saat sebelum lelaki itu bersuara kembali.
“Afwan kalau baru sekarang kita bisa berkenalan secara resmi…namaku Fatih El Firdaus. Panggil saja Fatih”.
Kepala Neza tiba-tiba pening. Badannya mendadak panas dingin dan detak jantungnya kian terpacu dengan cepat. Dia..dia orang yang selama ini Neza car-cari. Orang yang membuat hidupnya sempat jungkir balik. Orang yang membuatnya berubah total.
“Alhamdulillah, kalau ternyata sudah saling kenal. Jadi, bagaimana keputusannya Nduk..?”.
Tubuh Neza terasa melayang..Ia hanya bisa diam dan duduk mematung dengan mata yang makin mengembun.
            Akankah pencarian Neza berakhir disini…???

>To Be Continue<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar