Senin, 29 April 2013

SEBELUM REL



            “Kruyuk..kruyuk..”, Neza meringis memegangi perutnya yang mulai melakukan demonstrasi. Jam di gedung itu menunjukkan pukul 20.55.
“Sabar Nez, tinggal lima menit lagi”, batinnya sambil mengelus perutnya.
“Hihihihi…Laper ya Nez?”, kata Soul memandang Neza dengan wajah geli.
“hehehe..”.
Soul hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sabahatnya itu. Ia tau sekali karakter Neza. Kalau Neza sudah terserang Virus Kelaparan wataknya akan berubah total. Ia akan terserang gejala otak beku alias Otaknya jadi buntu tidak mau diajak berpikir, gejala bermonolog alias sering meracau sendiri dan jadi super galak seperti singa. Hehehe…
***
“Mau makan dimana Nez?”, kata Soul samar-samar dari balik helmnya.
“Nyari yang murah tapi kenyang Soul. Uang ku menipis nih”. Soul hanya mengacungkan jempolnya tanda setuju.
Beberapa warung makan telah mereka eliminasi dan akhirnya mereka melihat gerobak dengan penerangan lampu warna-warni. Neza dan Soul saling pandang, mengirimkan sinyal “ayoo serbuuu..”.
Setelah lumayan dekat ternyata gerobak itu adalah sebuah gerobak angringan. Hem.. cukup menarik dan unik. Karena berbeda dengan angkringan-angkringan lain yang terkesan remang-remang. Angkringan ini malahan diterangi lampu banyak lampu dan tempatnya cukup luas. Mau duduk mau lesehat..terserah anda hehehe..
“Malam mbak. Silahkan dipilih menunya”,kata mas angkringan dengan senyum ramah.
“Yuhuu…”, batin Neza girang.
Entah karena melihat  Neza yang tengah lahap makan atau karena sekedar basa-basi khas pedagang..si mas angkringan yang dipanggilan para pelanggan setianya dengan sebutan “akh” itu mulai menanya-nayai Neza.
Terdorong rasa ingin tau Neza balas memberondong si akh dengan beberapa pertanyaan sekaligus. Sesi tanya jawab pun dibuka “Teng..teng..”.
“hem..dasar obsesi jadi wartawan gak kesampaian”, gumam Soul geleng-geleng.
Serunya pembicaraan mereka membuat beberapa pelanggan setia si akh tampak memendang Neza heran. Tapi, nampaknya Neza belum menyadarinya..
Neza masih asyik mendengarkan cerita si akh yang ternyata adalah seorang mahasiswa seperti dirinya juga. Dan ternyata mereka satu universitas, bahkan fakultas mereka letaknya berhadapan. “Hem, dunia itu terkadang terasa sempit”.
Dari bertanya-tanya masalah omset cerita si akh pun melebar kearah pengalaman hidupnya. Dari niatnya kuliah yang tidak disetujui orang tuanya, kabur dari rumah demi sebuah pembuktian diri dan perjuangannya untuk membiayaai kehidupannya di jogja dan untuk membayar kuliahnya.
 Semua pekerjaan ia lakukan dari mengamen, menjadi penjual Koran sampai  menjadi pemilik angkringan saat ini. Dan dengan bangga sekarang ia bisa mengatakan kepada orang tuanya bahwa ia bisa kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri dengan biaya sendiri, bisa menguliahkan adiknya dan sedang merampungkan skripsinya. Yah, walaupun ia agak terlambat dari teman-temannya yang lain.
“Wah..wah.., mbaknya nih tertarik sama ceritanya si akh, sama usaha angringannya atau sama si akh nya sendiri nih???. Ko dari tadi nanya-nanya terus”,goda salah seorang pelanggan angkringan itu sambil senyum-senyum.
“TEeeennNg!!! Nah, lhooooo Nez, mau jawab apa?”, batin Neza sambil tersenyum kecut.
Nah..nah… ko si akh juga ikut senyum-senyum gitu yah?. Neza berpaling kearah Soul meminta pembelaan darinya yang tadi sempat ikut nimbrung pembicaraan mereka. Soul malahan mengedikkan bahunya sambil tersenyum penuh kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar